Perkembangan Penduduk Indonesia
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Ada pun
makalah ini saya susun, untuk dapat memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Lingkungan. Saya berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu
masyarakat mengetahui dan memahami pengertian tentang Perkembangan Penduduk
Indonesia.
Mohon maaf jika dalam penulisan atau pembuatan makalah
ini banyak kesalahan,oleh karena itu kritik dan saran yang membangun saya
harapkan. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan Bapak
Andi Asnur Pranata selaku dosen mata kuliah Pengantar Lingkungan yang telah
membimbing saya, serta pihak yang telah saya jadikan sebagai refrensi dalam
pembuatan makalah ini sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri maupun bagi para pembaca.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki kepadatan penduduk
yang cukup tinggi, hal tersebut terbukti bahwa Indonesia ikut dalam 5 besar
negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dengan
pertumbuhan penduduk yang begitu pesat tersebut menjadikan pemerintah maupun
masyarakat menjadi resah. Pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk
menekan jumlah penduduk tersebut, salah satu program pemerintah yang paling
terkenal dalam pengendalian pertumbuhan penduduk adalah program KB (Keluarga
Berencana) yang memiliki jargon “DUA ANAK CUKUP”. Hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk, dapat dikatakan program tersebut
sukses, terbukti pertumbuhan penduduk dapat ditekan.
Hal tersebut dapat menjadikan pemerintah dapat sedikit
bernafas lega terhadap masalah kependudukan. Lambat laun program tersebut
kurang begitu efektif sehingga pada sensus penduduk yang terakhir
tercatat terjadi pertumbuhan pendudukan yang cukup signifikan. Semakin
bertambahnya penduduk tersebut tidak diiringi dengan pertumbuhan pada sektor –
sektor lain yang nantinya mendukung kehidupan manusia. Terlebih lagi lingkungan
yang kini semakain tergerus oleh ulah manusia yang seakan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa memikirkan bagaiamana lingkungan tersebut ke
depannya. Banyak sekali daerah – daerah yang tadinya digunakan untuk daerah
resapan air kini menjadi bangunan – bangunan yang didirikan oleh manusia, hal
tersebut menjadikan lingkungan menjadi semakin rusak, belum lagi limbah –
limbah yang nantinya dihasilkan oleh manusia yang dapat merusak lingkungan.
Seperti yang terjadi pada salah satu daerah di Semarang yaitu kecamatan
Banyumanik.
PERMASALAHAN
1.
Apakah yang menjadi landasan
perkembangan penduduk di Indonesia ?
2.
Apakah hubungan antara pertumbuhan
penduduk dengan lingkungan pemukiman, tingkat pendidikan, penyakit yang
berkaitan dengan lingkungan hidup dan kelaparan ?
3.
Apa yang menjadi faktor penyebab
adanya kemiskinan dan keterbelakangan ?
PEMBAHASAN
Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu
tempat (kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan yang berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama
tinggal penduduk suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu
penduduk asli, penduduk pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli
adalah orang yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang
menetap, tetapi lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara adalah
orang yang menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain
karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Adapun tamu adalah orang
yang berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa hari
dan akan kembali ke tempat asalnya.
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia adalah
banyaknya masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan gagalnya
program keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan jumlah
penduduk. Karena faktor – faktor tersebut tidak berjalan dengan semestinya,
maka penduduk Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya. Seharusnya
dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam setiap suami istri.
Karena perkembangan penduduk yang sangat tidak terkendali, maka banyak
terjadinya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, gelandangan, anak jalanan,
dan sebagainya. Dan masalah permukiman yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah
yang lingkungannya kumuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab
itu, 50% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan
pendidikan.
Pertambahan
Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Pertambahan penduduk adalah dimana di suatu tempat atau
wilayah yang semakin banyak angka pertambahannya penduduk karena angka
kelahiran pada suatu wilayah tersebut,maupun berkurangnya atau angka kematian
disuatu daerah tersebut dikarenakan penyakit atau suatu keadaan tertentu. Pertumbuhan
atau pertambahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
tingkat kelahiran dan urbanisasi. Kedua faktor ini yang kemudian menjadi salah
satu penyebab tidak seimbangnya laju pertumbuhan ekonomi dan sosial,
ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi apabila angka laju pertumbuhan
penduduk pada suatu wilayah tidak seimbang dengan angka laju pertumbuhan
ekonomi dan sosial pada wilayah tersebut. Selain itu, masih adanya disparitas
pembangunan antara daerah perkotaan dan perdesaan yang juga merupakan salah
satu penyebab terjadinya arus migrasi dari satu wilayah yang lain
Lingkungan pemukiman adalah tempat atau dimana semua warga
menempati dan menjadikan sebagai tempat tinggal,tempat usaha atau sebagai
sumber usaha dan sebagainya. Lingkungan pemukinman akan menjadi baik atau lebih
buruk tergantung pada pengelolaan yang menempati wilayah tersebut.
Perkembangan suatu kota yang semakin pesat dapat memacu juga
kepadatan suatu daerah. Hal ini disebabkan karena beragamnya kebutuhan hidup
masyarakat perkotaan dan adanya upaya untuk memberi kemudahan dalam
memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Pertumbuhan penduduk yang semakin besar
sebagai akibat dari perkembangan pada aktivitas kota dan proses industrialisasi
terutama di beberapa kota di Indonesia yang mengakibatkan banyak berkembangnya
kawasan komersial. Berkembangnya suatu kota pasti akan diikuti oleh pertambahan
jumlah penduduk. Salah satu permasalahan yang muncul seiring dengan
perkembangan suatu kota adalah masalah perumahan dan pemukiman. Menurut
Bintarto (Pos Kota edisi Juni, 2012) pemukiman menempati areal paling luas
dalam pemanfaatan ruang, mengalami perkembangan yang selaras dengan
perkembangan penduduk dan mempunyai pola-pola tertentu yang menciptakan bentuk
dan struktur suatu kota yang berbeda dengan kota lainnya. Perkembangan
permukiman pada bagian-bagian kota tidaklah sama, tergantung pada karakteristik
kehidupan musyarakat, potensial sumber daya kesempatan kerja yang tersedia,
kondisi fisik alami serta fasilitas kota yang terutama berkaitan dengan
infrastruktur. Kemajuan dan perkembangan suatu kota tidak terlepas dari pembentuk
kota. Pembentuk tersebut meliputi sosial budaya, ekonomi, pemukiman,
kependudukan, sarana dan prasarana serta transportasi.
Pertumbuhan
Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Pertambahan penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya
terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, cenderung untuk menghambat
perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas pendidikan menghambat program
persamaan/perimbangan antara laki-laki dan wanita, pedesaan dan kota, dan
antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga
dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan
latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan
kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat,
menghambat perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan kemauannya, di
samping kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam
membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini.
Pertambahan
penduduk yang cepat menghambat program-program perluasan pendidikan, juga
mengarah pada aptisme di dunia yang kesulitan untuk mengatasinya.
Tingkat pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun
2003 Bab I, Pasal I ayat 8).
Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki
pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan
prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal,
tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara
kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah.
·
Tingkat Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal
dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar
menyediakan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan
yang bersifat dasar yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat.
UU RI No. 20 Tahun 2003 menyatakan dasar dan wajib belajar pada Pasal 6 Ayat 1
bahwa, “Setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar.
·
Tingkat Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya
tiga tahun sesudah pendidikan dasar, di selenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam
hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar,
dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan menengah
luar biasa, pendidikan menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan (UU
No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 18 Ayat 1-3)
·
Tingkat Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan
kelanjutan pendidikan menengah, yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta
didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut
lembaga pendidikan tinggi melaksanakan misi “Tridharma” pendidikan tinggi yang
meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam ruang
lingkup tanah air Indonesia sebagai kesatuan wilayah pendidikan nasional.
Satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi di sebut perguruan tinggi yang dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.
Ø Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggaran
pendidikan terapan dalam suatu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan
teknologi dan kesenian tertentu.
Ø Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
Ø Sekolah tinggi ialah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan/atau profesional dalam satu disiplin ilmu atau bidang
tertentu.
Ø Institut ialah perguruan tinggi terdiri atas sejumlah
fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam
sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.
Ø Universitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas
sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
profesional dalan sejumlah disiplin ilmu tertentu.
Pertumbuhan
Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Seiring dengan bertambahnya penduduk Indonesia maka negeri
ini akan banyak menghadapi masalah, seperti : tata ruang kota yang jelek,
sanitasi air limbah rumah tangga semakin parah, dan banyak bermunculan penyakit
– penyakit. Wilayah kawasan kumuh menurut Bank Dunia (1999) merupakan bagian
yang terabaikan dalam pembangunan perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi
sosial demografis di kawasan kumuh seperti kepadatan penduduk yang tinggi,
kondisi lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta
minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya.
Tumbuhnya kawasan kumuh terjadi karena tidak terbendungnya arus urbanisasi. Di
saat banjir, lingkungan yang kumuh sering terjangkit penyakit seperti :
malaria, demam berdarah, gatal –gatal, penyakit kulit, dan sebagainya. Di
karenakan pada saat banjir, selokan – selokan yang ada di permukiman kumuh
tersumbat oleh sampah yang mereka buang sendiri dan tata ruang kota yang kurang
baik. Selain itu banyaknya wilayah hijau di perkotaan sekarang beralih fungsi
sebagai bangunan – bangunan pencakar langit, mal – mal yang banyak. Sehingga
daya serap air di wilayah perkotaan sangat sedikit. Dengan sedikitnya air yang
di serap di wilayah tersebut maka terjadilah genangan air yang semakin lama
semakin membesar dengan terjadinya hujan. Dengan terjadinya bencana banjir,
maka datang lagi bencana selanjutnya yaitu penyakit yang menjadi wabah paling
ampuh saat banjir. Banyaknya wabah penyakit yang di jangkit oleh masyarakat
saat banjir, itu semua sangat menggangu kesehatan masyarakat. Karena air banjir
membawa berbagai macam penyakit yang sebagian besar di sebarkan oleh tikus dan
nyamuk. Oleh sebab itu, Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan untuk
penataan lingkungan permukiman kumuh adalah:
1.
Lebih mengefektifkan penertiban
administrasi kependudukan bekerja sama dengan perangkat desa yang mewilayahi
permukiman kumuh di Kota Denpasar.
2.
Penataan kembali lingkungan dengan
penyediaan kamar mandi dan jamban umum, program sanimas dan pengelolaan sampah
swadaya di permukiman kumuh.
3.
Peningkatan perilaku hidup sehat
masyarakat
4.
Sosialisasi kebijakan pemerintah
kota terkait dengan program penataan kembali permukiman kumuh perlu lebih
digalakkan dengan melibatkan kelompok masyarakat di permukiman kumuh.
Pertumbuhan
Penduduk dan Kelaparan
Masalah kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi menjadi
masalah kompleks dan saling terkait. Diperlukan upaya jangka pendek dalam
memenuhi kebutuhan pangan yang sinergis dengan upaya jangka panjang sehingga
mampu memberdayakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Hal itu disampaikan Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH. Dr. PH, saat membuka peringatan End Hunger Walk the World 2010, di Jakarta,
tanggal (06/06, 2010), yang diikuti sekitar 12.000 peserta. Hadir dalam acara,
Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA, dan dimeriahkan juga oleh para artis
dan sponsor, antara lain TNT, Unilever, dan Bank BNI.
Selanjutnya dikatakan Menkes, dalam pencapaian pembangunan
MDGs terkait upaya peningkatan kelangsungan hidup anak di masa mendatang, pada
tahun 2015 setiap negara harus berupaya terus untuk menurunkan separuh jumlah
penduduk miskin dan kelaparan. Menurut laporan Food and Agriculture Organization
(FAO), terdapat sekitar 907 juta penduduk di negara berkembang mengalami
kekurangan pangan.
Diperkirakan 10.9 juta anak balita meninggal setiap tahun
yang disebabkan oleh kekurangan gizi mencapai 60%. Saat ini terdapat sekitar
18% anak balita (3.2 juta) menderita kekurangan gizi yang tersebar di seluruh
wilayah di Indonesia.
Dalam menanggulangi masalah gizi, Pemerintah terus berupaya
melalui berbagai program, seperti penimbangan yang dilaksanakan di Posyandu dan
Rumah Pemulihan Gizi. Gunanya untuk mendeteksi adanya bayi dan anak balita
dengan gizi kurang sehingga bisa cepat dilakukan penanganan, baik di Puskesmas
maupun di rumah sakit, kata Menkes.
Program Walk the World 2010 diselenggarakan setiap tahun, serentak di seluruh penjuru dunia. Kegiatan ini terlaksana dalam bentuk gerak jalan sejauh 5 km guna menggalang dan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam program World Food Programme (WFP). Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang masih mengalami kekurangan pangan, terutama pada kelompok anak balita dan anak sekolah agar mendapatkan asupan gizi seimbang untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal serta hidup sehat.
Program Walk the World 2010 diselenggarakan setiap tahun, serentak di seluruh penjuru dunia. Kegiatan ini terlaksana dalam bentuk gerak jalan sejauh 5 km guna menggalang dan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam program World Food Programme (WFP). Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang masih mengalami kekurangan pangan, terutama pada kelompok anak balita dan anak sekolah agar mendapatkan asupan gizi seimbang untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal serta hidup sehat.
Kemiskinan
dan Keterbelakangan
Adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan,dll.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran kekurangan materi, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti
ini dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan
dasar.
·
Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
·
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di
seluruh dunia.
Mengukur
kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaituKemiskinan
absolut dan Kemiskinan
relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada
satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat /
negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi
yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira
2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan
absolut sebagai hidup dg pendapatan
dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk
pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1
miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang
didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari." Proporsi penduduk negara
berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990
menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari
penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah
berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun
waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia
bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di
negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang
berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi
kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam
pengertian ini keseluruhan negarakadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini,
negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Penyebab
kemiskinan
Kemiskinan
banyak dihubungkan dengan:
·
Penyebab individual, atau patologis,
yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan
dari si miskin;
·
Penyebab keluarga, yang
menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
·
Penyebab sub-budaya (subcultural),
yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar;
·
Penyebab agensi, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah,
dan ekonomi;
·
Penyebab struktural, yang memberikan
alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Menghilangkan
kemiskinan
Tanggapan
utama terhadap kemiskinan adalah:
·
Bantuan kemiskinan, atau membantu
secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari
masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
·
Bantuan terhadap keadaan individu.
Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin
berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian
kerja, dan lain-lain.
·
Persiapan bagi yang lemah. Daripada
memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahteramenyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai
orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
REFERENSI :
Komentar
Posting Komentar